Permisif

>> Saturday, January 9, 2010

Salah satu hal yang membuat saya frustasi saat sedang mengendarai motor di Semarang adalah, jalanan yang saya lewati keliatannya semuanya juga dilalui oleh bus kota dan angkutan kota. Keduanya membuat saya frustasi, karena mereka suka melakukan hal-hal yang tidak terduga di jalan raya.

Seperti hari ini saat saya mengendarai motor di jam sibuk, jam 8 pagi, saat jalanan padat, tiba-tiba bus kota jurusan Semarang-Salatiga di depan saya menepi ke kiri dengan manuver yang nyaris mirip di film action Hollywood, dan langsung disambut dengan suara klakson dari motor-motor di belakangnya yang terpaksa berhenti mendadak, termasuk saya. Untung saya masih sempat mengingat kata-kata bijak bahwa cewek baik tidak mengumpat, karena kata ‘$%^&’ sudah hampir sampai di ujung lidah saya, hee.... Pulangnya, sore-sore, saya ketemu lagi bus kota yang berhenti menurunkan penumpang pas di tikungan. Hrrrggghhh....

Tapi saat saya mengendarai mobil, selain bus kota dan angkutan umum, ternyata motor, becak dan sepeda juga membuat saya frustasi. Ternyata pengendara motor lebih mirip stuntman daripada para supir bus. Apalagi para pengedara-non-kendaraaan-bermotor seperti tukang becak dan sepeda. Lebih hrrrggghhh... lagi.

Tapi setelah saya ingat-ingat, saya juga pernah naik bus kota dan turun waktu bis berhenti di lampu merah – yang sebenernya gak boleh naik dan turun kan? – atau naik bus di tikungan jalan.

Atau saat saya mengendarai motor, kadang saya juga melakukan manuver-manuver yang ‘aneh’, menyelip-nyelip di antara kendaraan-kendaraan lainnya, dan saya tetap merasa apa yang saya lakukan adalah normal.

Jadi setelah dipikir-pikir lagi, apa yang dilakukan orang lain yang menurut kita menjengkelkan, ternyata kadang adalah normal bagi pelakunya. Sebaliknya, apa yang menurut orang lain menjengkelkan, bagi kita normal dan sah-sah saja untuk dilakukan, karena kita memiliki kepentingan di dalamnya. Jadi saat kepentingan kita berbicara, tanpa sadar kita menjadi permisif, walaupun kita menyadari apa yang kita lakukan itu salah.

Sehubungan dengan manuver-manuver berbahaya di jalanan, saya rasa supir bus tidak akan berhenti di sembarang tempat kalo penumpangnya tidak minta naik dan turun di sembarang tempat. Seperti kata pepatah, penjual VCD bajakan akan tetap ada selama pembelinya ada – err.. ini bukan pepatah ya... – kalau kita mencoba untuk tidak mengesahkan hal-hal yang tidak sah saat kepentingan kita berbicara, saya rasa kekacauan di jalanan dan di banyak hal lain bisa sedikit berkurang.

Artikel Yang Berhubungan



1 komentar:

unksenna Wednesday, January 13, 2010 at 5:41:00 PM GMT+7  

bikin SIMnya pada nembak semua kali yah supir bisnya?

Post a Comment

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP